Kenangan Dari Masa Lalu

Semua orang pastinya pernah terkenang akan masa lalu yang pernah dilewatinya, termasuk juga aku. Setiap kita, punya hak untuk masa lalu dan bebas mengenangnya kapan pun kita mau.
Kita bebas pula bercerita kepada siapapun bahkan dengan diri kita sendiri, sehingga tanpa sadar kadang kita bisa tersenyum-senyum sendiri.
Cerita masa lalu itu bisa berasal dari urusan apapun, sebab sampai sekarang kita tak pernah punya hak untuk meminta ingatan memilah-milah kenangan yang patut untuk disimpan.
Beberapa waktu lalu, saat libur dari rutinitas pekerjaan, aku sempat menengok tanah lapang di belakang pemukiman tempat ku tinggal. Lapangan itu dulu adalah arena bermain ku saat masa kanak-kanak.
Di sana, aku dan teman sebayaku bermain segala macam permainan khas anak-anak, mulai dari kasti, kucing kaleng, benteng, petak jongkok, tapak gunung hingga permainan favorit sepanjang masa, sepak bola.
Di lapangan itu, persahabatan terjalin dan hingga kini hangatnya persahabatan masih kental terasa. Beranjak dewasa kita pun mulai meninggalkan permainan yang dulu sama-sama kami mainkan. Mungkin hanya sepak bola yang sampai sekarang masih kami mainkan bersama di tempat yang sama.
Tempat itu masih menjadi favorit kami sekalipun sekarang kami sudah dewasa sepenuhnya, kami masih suka berbagi cerita dengan duduk-duduk di atas hamparan rumput yang menutupi tepian tanah lapang itu.
Sekalipun dengan hanya saling bertukar cerita, penat yang menggelayut di pundak seakan sirna terbawa angin lapang, dan suara-suara kawan-kawanku seakan mengisi dan menyegarkan rongga kepala ku yang sesak dengan bermacam urusan duniawi.
Aku pernah mendapat sebuah nasihat dari seorang senior di tempat ku tinggal, bunyinya seperti ini :
Orang-orang yang terlahir dengan kesenangan sederhana seperti kita sudah sepantasnya untuk banyak-banyak bersyukur, sebab hiburan untuk orang-orang seperti kita sangatlah sederhana dan nyaris tanpa mengeluarkan biaya. Kita bisa dengan senang dan terhibur hanya dengan saling bertukar cerita dan saling berbagi canda, sekalipun itu hanya dalam suasana dan tempat yang sederhana. Orang lain mungkin butuh dana lebih besar untuk mendapatkan kesenangan yang sama seperti yang kita rasakan
Kawan, marilah kita banyak-banyak mengenang tentang masa lalu, tanpa harus takut dan enggan melangkah ke depan. Di masa lalu kita bisa temukan kebahagian dan ketenangan, tapi jangan lupa sebab hidup tetaplah arahnya adalah ke depan.

Dulu lapangan ini adalah belukar ilalang setinggi badan
Dan tanahnya rapat tertutup rerumputan
Di sana ada dataran tempat kita berkejaran
Berkejaran dengan waktu yang arogan

Arogan tak mau mundur barang sejengkal
Lalu waktu memaksa kamu dan aku untuk terpental
Terpental merasakan dunia yang emosional
Dengan pahit dan getir yang kental

Dulu di lapangan ini kita bercanda
Hingga kini, derai tawa masih menggema

Sahabat ku, aku rindu dulu
Aku rindu ketika padamnya lampu
Dan purnama sidi bersinar dengan sendu
Lalu kita berkejaran dengan waktu

Sayang sang waktu begitu pemaksa
Dia tak rela kaki ini berputar langkah
Untuk menengok diri kita di saat basah
Basah dengan keringat saat kita melangkah

Melangkah pulang ke peraduan setelah lelah..

Jakarta, 04 Juni 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng Tentang Lumba-Lumba

Cerita Tentang Tjilik Riwut

Patah tumbuh hilang berganti