Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

Sebuah Ikrar yang ku harap dari mu yang sedang menanti

Gambar
Sudah lama aku tidak mendengarkan koleksi lagu-lagunya Iwan Fals yang tersimpan dalam harddisk komputer ku, segera setelah aku punya waktu untuk bersibuk diri dengan koputer rumah, aku putar seluruh koleksi itu dalam pemutar AIMP yang terpasang di komputerku. Sengaja aku hidupkan mode putar acak, dan Dua tiga lagu sudah mengalun, semua lagu tadi adalah lagu-lagu koleksi yang sering terdengar. Hingga pada lagu berikutnya mengalun karyanya berjudul IKRAR. Sebuah lagu manis dengan aransemen gitar akustik yang sederhana namun syahdu dan sedikit berbeda dengan kebanyakan lagu Iwan lainnya yang kental nuansa Country nya. Lagu ini berisi tentang harapan seorang suami kepada istri yang ditinggalkannya. Sang suami yang meminta istrinya untuk berikrar agar menjaga segalah hal yang ditinggalkan dan selama sang suami berada di tempat yang terpisah jauh. Berikut ini potongan liriknya, yang aku yakin sungguh bisa memberikan beragam inspirasi. IKRAR Meniti hari, meniti waktu. Membelah langit,

Aku, kamu dan nafsu

Gambar
Tulisan ini merupakan sebuah karya dari Kawan yang hingga kini belum pernah merasakan cinta seorang kekasih, namun piawai merangkai kata-kata cinta. Melalui tulisan di bawah ini teman ku bercerita tentang nafsu yang selalu ada dalam setiap hubungan cinta antara dua orang kekasih. Aku, kamu dan nafsu Matahari turun. Gelap naik perlahan. Seperti birahi aku dan kamu yg lama tertahan. Maafkan bibir ini, yg begitu pandai mencari tempat yg nyaman di bibir mu. Dekapan kadang erat kadang terlepas. Ritme nafas naik turun melaju bersama cumbu. Segala yg tertutup terlanjur terbuka. Berserak di lantai buta. Lenguhan dan gesekan bersatu menjadi bunyi dgn sedikit harmonisasi. Semua terjadi begitu saja. Dimana dua menjadi satu. Diantara peluh. Diantara lenguh. Diantara dekap tubuh. Diantara itu semua kejadian terlewat cepat dan sulit teringat. sampai klimaks datang mengundang lelah. Berakhir dengan lelap. Tersadar oleh sinar.

kabar duka

Gambar
tulisan ini terilhami dari salah satu lakon dalam Bharatayuda, Abimanyu gugur.Dalam perang bharatayuda,putra arjuna gugur dalam membela kehormatan keluarga Pandawa, dia gugur setelah kepalanya hancur dihantam Gada Kyai Glinggang milik Jayadrata, dan kala itu Dewi Utari sang istri tengah mengandung Putra Abimanyu. Kelak putra Abimanyulah yang akan bertahta di Alengkadireja. Perang Bharatayuda akan selalu memberi beragam kenangan, tentang persaudaraan, tentang permusuhan, tentang cinta, tentang muslihat dan tentang kejayaan dan kehormatan. Lamat lamat suara itu bercerita tentang pilunya tragedi Walau samar, aku masih sempat mendengar Tentang isi kepala yang berhamburan, Dan tentang Gada Jayadrata yang menghantam Lalu dengan ngeri, tiba-tiba terbayang Dua mata teduh yang perlahan mengatup Sayu dan semakin sayu.. Hingga akhirnya terpejam..

Ramalan

Gambar
Kawan, apakah kalian percaya dengan apa yang namanya Ramalan? Aku pernah membaca bahwa ramalan bagi sebagian orang hanyalah sebuah kecocokan dari apa yang pernah dikatakan namun hanyalah sebuah pernyataan yang dipaksakan kebenarannya, bisa dibilang mungkin hanya sebuah kebetulan yang sangat dipaksakan. Aku yakin bahwa tokoh sebesar Jayabaya yang masyur karena ramalannya hanyalah seorang pemikir yang punya visi jauh ke depan. Dia mampu membuat prediksi untuk masa yang jauh dari masanya hanya berbekal apa yang dipikirkan dan apa yang dia pertimbangkan namun masih dalam konteks logis. Aku berpendapat bahwa tokoh Jayabaya mungkin bisa disamakan dengan para pemikir atau filsuf dari daratan Eropa yang masyur karena kemampuan nalar dan logikanya, sehingga mampu memiliki pandangan yang jauh ke depan, bahkan ketika orang-orang lain belum sempat untuk menilik berpikir ke arah sana. Seorang kawanku yang gemar akan dunia ramal meramal, pernah berkata, sebetulnya apa maksud Tuhan menciptakan gar

Atas Nama Rakyat ??!!

Gambar
Atas nama Rakyat, di panggung ia bicara berbusa tentang melaratnya Rakyat. Pada sebuat teks pidato, ditulisnya pula tentang tentang mahalnya harga bangku sekolah. Lalu dengan lantang dia bacakan semua yang tertulis, berkali-kali dia bilang “atas nama Rakyat”. Dia janji tentang sebuah solusi. Janji itu betul-betul diucapkan, sekali lagi, diucapkan kawan! Kami yakin kami mendengarnya dia ucap janji! Coba saja janji itu hanya dalam benaknya, sayangnya dia janji atas nama Rakyat. Di pinggir kiri bibirnya, ada buih busa, bibirnya meracau tentang hal-hal yang akan menjadi lebih baik. Aku sih samar mendengarnya, tapi aku yakin tentang itulah yang dia bilang, tentang esok yang katanya lebih cerah. Bingung aku dan yang lainnya mendengarnya, bagaimana bisa lebih cerah, wong untuk empat bulan ke depan masih musim penghujan, sekarang saja mendung menjadi primadona di seantero mega tanah ini. Tapi dia bukan wong gemblung sing ngomong , dia sarjana kawan, lulusan luar katanya. Sudah pernah pula ia b

Kenangan Dari Masa Lalu

Gambar
Semua orang pastinya pernah terkenang akan masa lalu yang pernah dilewatinya, termasuk juga aku. Setiap kita, punya hak untuk masa lalu dan bebas mengenangnya kapan pun kita mau. Kita bebas pula bercerita kepada siapapun bahkan dengan diri kita sendiri, sehingga tanpa sadar kadang kita bisa tersenyum-senyum sendiri. Cerita masa lalu itu bisa berasal dari urusan apapun, sebab sampai sekarang kita tak pernah punya hak untuk meminta ingatan memilah-milah kenangan yang patut untuk disimpan. Beberapa waktu lalu, saat libur dari rutinitas pekerjaan, aku sempat menengok tanah lapang di belakang pemukiman tempat ku tinggal. Lapangan itu dulu adalah arena bermain ku saat masa kanak-kanak. Di sana, aku dan teman sebayaku bermain segala macam permainan khas anak-anak, mulai dari kasti, kucing kaleng, benteng, petak jongkok, tapak gunung hingga permainan favorit sepanjang masa, sepak bola. Di lapangan itu, persahabatan terjalin dan hingga kini hangatnya persahabatan masih kental terasa. Beranjak d