Kini di Gunung Kian Ramai



Halo manteman jumpa lagi pada tulisan kali ini. Pada kesempatan ini gw mau bercerita mengenai tanggapan dari seorang teman yang boleh dibilang senior lah dari segi umur mengenai ramainya Gunung di Masa Kini.

 

Jadi begini ceritanya manteman, di tanggal 23 dan 24 September 2021 ini gw berencana akan mendaki gunung Gede dengan 2 orang teman SMA dan 2 orang lainnya yang merupakan teman mendaki gw saat ini. Dan di minggu lalu, gw kebetulan mendapat telepon dari si senior tadi. Beliau menanyakan apakah gw ada rencana untuk bersepeda di minggu depan atau ada rencana untuk berkegiatan outdoor lainnya. Kemudian gw jawablah, bahwa nanti di tanggal 23 gw ada rencana untuk mendaki Gede dengan beberapa orang temen gw. Nah berhubung di awal dia menanyakan rencana gw, maka setelah gw cerita rencana tadi, gw berbasa basi untuk mengajak doi dong. Tapi doi bilang : “kita lihat besok deh” sembari setengah nyinyir dengan bilang emang masih tertarik ya buat mendaki Gede.

 

Gw pun hanya menjawab bahwa gw udah kadung pengen banget hiking dan merasakan kabut di pegunungan, peduli setan deh sekalipun musti harus ke Gede lagi, dan kebetulan pada rencana ini temen-temen gw yang lain juga sudah cocok nih waktunya. Hal yang sangat susah dicari di tengah kesibukan aktifitas kita. Jadi gw ga memperdulikan lokasi tempat hikingnya lah.

 

Buat gw pribadi, perkara hiking atau berkegiatan di alam bebas lainnya bukanlah untuk mengejar stock foto atau eksistensi dengan sekedar merasa gagah-gagahan sudah pernah ke tempat baru yang anu lah, tempat yang paling anu lah, dan seterusnya. Buat gw berkegiatan di alam bebas memang salah satu bentuk terapi buat gw pribadi untuk menenangkan pikiran atau sekedar menyegarkan pikiran yang udah kadung ruwet dengan urusan pekerjaan dan urusan duniawi lainnya. Alasan lainnya buat, berkegiatan di alam bebas yah sekedar berinteraksi dengan teman-teman terbaik, buat sekedar bertukar cerita, keluh kesah dan tukar ide/gagasan aja.

 

Jadi perkara tempat buat gw nomor sekian lah, yang terpenting buat gw adalah faktor teman sejalannya dengan siapa, gw ga merasa keberatan untuk pergi ke tempat yang sama puluhan kali sekalipun selama itu dengan orang-orang terdekat gw. Cara pandang ini mungkin banyak berbeda dengan orang kebanyakan, biasanya sih orang-orang yang baru tertarik berkegiatan di alam bebas nih yang masih mencari tempat-tempat baru untuk dijadikan lokasi foto kemudian diunggah ke akun sosial media mereka. Hhhm hal ini sih sudah lewat jauh banget dalam hidup gw hahaha, mungkin di awal gw berkegiatan di alam bebas, gw juga suka mengumpulkan foto di tempat-tempat baru kemudian diceritakan dan dipamerkan lah ke teman-teman yang lain yang belum pernah ke sana.

 

Jadi pada hari ini ceritanya dia mengabarkan ke gw bahwa dia ga bisa ikutan rombongan gw nih untuk mendaki ke Gede, tapi yang gw merasa sedikit aneh adalah, pesan singkatnya di Whatsapp diawali dengan link ke reels instagram salah satu akun pendaki, yang menggambarkan kondisi jalur Gede yang sangat ramai di hari Sabtu dan Minggu. Kemudia di bawah link tersebut doi kasih emoticon ketawa ngakak sampai 4 buah hahaha. Ini terkesan kaya menertawakan rencana gw untuk tetap mendaki, dan seolah olah mau bilang bahwa ngapain mendaki kondisinya aja ramai begini.

 

Untungnya gw balas dengan style tetep kalem sih, gw bilang bahwa kondisi itu udah gw perhitungkan, dan mudah-mudahan tidak seramai itu mengingat waktu yang akan gw pilih untuk mendaki adalah Jumat ke Sabtu bukan saat wiken malem mingguan. Memang biasanya tetep ramai sih tapi ya mungkin ga seramai saat wiken. Yah gw bilang juga sih ke doi bahwa yahh jamannya memang sudah berubah, dulu kegiatan atau hobi naik gunung mah ga populer ga kaya sekarang, jadi yah wajar saja jika era dulu gunung di Pulau Jawa yah relatif sepi.

 

Nah yang bikin gw bingung adalah dasar pemikiran dia buat memandang fenomena ini. Yah boleh lah kita lebih tua secara usia dari mereka yang baru-baru mendaki, dan kita mungkin bisa jadi memulai hobi ini lebih dahulu ketimbang mereka. Tapi masak iya mereka yang lebih mudah dan baru memulai hobi ini ga boleh punya hak untuk ikutan nyoba ke Gede juga, ya ga gitu juga dong cara berpikirnya ya kan?!

 

Kemudian ada satu lagi kan yang mustinya dia pikirkan bahwa lokasi yang terdekat dan paling feasible untuk didaki bagi kalangan pendaki yang sudah bekerja dan berkeluarga yah Gunung Gede dan Gunung Salak atau lokasi lainnya di sekitaran Bogor ya kan!? Kecuali jika memang kita punya kesempatan untuk mendaki gunung lain yang lebih sepi kaya Argopuro, Arjuno atau Binaiya baru deh pilihan mendaki ke Gede bisa kita anggap pilihan yang konyol.

 

Yap memang jalur pendakian Gunung Gede yang termasuk pilihan paling favorit bagi pendaki pemula saat ini sudah sangat-sangat ramai. Tapi mustinya kita melihat bahwa dengan ramainya para pendaki di jalur pendakian bisa jadi mendatangkan rezeki bagi para pemilik warung di sekitar base camp Cibodas atau Gunung Putri atau para pedagang yang berjualan di sepanjang jalur pendakian, masak sih hal remeh gini aja dia sampai ga kepikiran. Memang sih para pendaki pemula ini banyak yang abai pada faktor keamanan saat melakukan pendakian, tapi jika kita hanya mencibir hal ini tanpa berusaha untuk merubah mereka yah sama aja bodohnya sih dengan mereka.

 

Oke segini dulu deh tulisan kali ini. Mungkin jika ada di antara pembaca yang baru gemar mendaki, pesan gw buat kalian dan buat gw juga sih, jangan abai pada faktor keamanan dan keselamatan pribadi kalian ya. Bawa perlengkapan yang bisa membuat kalian aman dan nyaman saat beraktifitas di luar ruangan, dan yang juga penting jaga kebersihan “tempat bermain” kalian ya. Adios!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng Tentang Lumba-Lumba

Patah tumbuh hilang berganti

Cerita Tentang Tjilik Riwut