Kisah dari dusun Kinahrejo




Liburan saya terkahir ke buminya Sultan HB X, saya menyempatkan diri berkunjung ke dusun Kinahrejo, tanah kelahiran dari Raden Ngabehi Surakso Hargo atau kalian lebih mengenalnya Mbah Maridjan, dari kaki gunung Merapi.

Pasca erupsi Merapi terakhir di bulan November dan awal Desember 2010, akhirnya dusun kinahrejo kembali menggeliat dengan dibukanya wisata erupsi merapi di dusun Kinahrejo, Sleman, DI Yogyakarta.

Betul-betul bangkit kondisi di sana, terlihat dengan tidak adanya warga yang meminta-minta sumbangan seperti biasa kita saksikan di Jakarta.

Penduduk di sekitar daerah erupsi sudah betul-betul mandiri dan kembali melajutkan perjuangan hidup, tanpa mengharap belas kasihan pihak lain. Setidaknya begitulah yang saya saksikan ketika November 2011 saya ke sana.

Satu hal yang saya catat, penduduk di sana sangat bangga dengan Mbah Maridjan, terbukti ketika saya bertanya tentang lokasi Dusun Kinahrejo, warga sekitar menyebutkan bahwa jika mau menuju rumahnya AYAH, saya sudah berada di jalur yang  tepat.

Penduduk sekitar memanggil Mbah Maridjan dengan sebutan AYAH, saya rasa ini bukti bahwa mereka sungguh sangat menghormati dan menyayangi beliau.

Ada satu nasihat dari Mbah Maridjan, yang saya baca di Banner  dekat rumah Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo, bunyinya begini :
“Ajining Manungsa Iku Gumantung Ana Ing Tanggung Jawabe Maring Kewajibane, Kehormatan Seseorang Dinilai dari Tanggung Jawab terhadap Kewajibannya”

Mari sama-sama kita renungkan nasihat ini...


Dari Mbah Maridjan saya belajar bahwa loyalitas bukanlah berlaku untuk seorang budak saja, tapi loyalitas adalah sebuah kehormatan dan tolak ukur kemuliaan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng Tentang Lumba-Lumba

Cerita Tentang Tjilik Riwut

Patah tumbuh hilang berganti